CerMin : Aku, kan Tetap Menanti

Waktu itu semua terasa sangat  manis. Keberadaanmu, Senyummu, rayuanmu. Kini itu hanya tinggal kenangan. Satu satunya hal yang masih bisa ku ingat dengan indah adalah  saat bibirmu mendarat tepat  di keningku. Kebersamaan itu terasa sangat singkat. 

Waktu terasa sangat lama, menunggumu membuat waktu seakan lambat untuk berdetak. Tapi aku beruntung (pikirku), aku bisa melihatmu walau hanya dengan menatap fotomu saja (menatap selembar foto yang telah ku bingkai dengan apik)

“Sampai kapan aku menunggu?” hatiku membatin (masih menatap fotomu, tatapanku nanar). Setahun sudah kepergianmu, tapi tak selembar suratpun mendarat di rumahku, bahkan handphone ku tak pernah bordering karena panggilanmu. Ya, tak satupun.
*
“jaga dirimu baik-baik. Jangan menangis. Dan.. jangan nakal!.” Katamu saat itu sambil tersenyum seraya menggodaku.

“aku tidak nakal, aku mengkhawatirkanmu. Dan juga…  aku tidak menangis!.” Jawabku tertahan.

Dia mengelus rambutku. “aku akan baik-baik saja. Kamu jangan mengkhawatirkanku. Fokuslah pada tugasmu.” Kataku berbisik.

Dia menatapku. “sekali lagi jangan menangis, oke!. Aku akan menulis surat, menelponmu  dan aku akan kembali.” Katamu mantap Mencoba menenangkan ku lalu mengenggam jemariku.

Aku masih berdiri disini, menatap punggungmu semakin jauh dari pandanganku. Bahkan sampai  jejakmupun menghilang di keramaian ini. Aku berdiri di balik dinding kaca memerhatikan pesawat yang akan membawamu pergi bersama harapanku.

“aku rasa tidak berlebihan jika aku menagis sekarang.” Kataku lirih

“aku tidak menangis” aku menguatkan hatiku. Tanpa ku sadari aku sedang menyeka air mataku.
*
“Aku akan tetap disini menemanimu. Kau tau, aku khawatir padamu?” 

Aku tidak begitu peduli dengan mira, aku hanya asik dengan pikiranku sendiri, mengenang saat kamu masih bersamaku. “kau menangis?” Tanya Mira mengejutkanku.

“aku tidak menangis. Ini hanya air yang keluar dari mataku.” Jawabku menahan air mata. Aku beusaha meredam air mataku yang akan dengan mudah tumpah tanpa aku bisa mengendalikannya.

“lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang?. Kau hanya duduk di sini dan menangis? Huh?”

Aku makin tenggelam. Entah kenapa rasanya sangat sedih dia tak ada bersamaku. “aku rindu padanya. Aku ingin bertemu dengannya. Aku ingin memeluknya.” Kataku terisak.
Mira menatapku, mimic sedih terlihat di wajahnya. Entah itu rasa kasihan atau iba. Saya tidak mengerti. “lalu apa yang bisa aku lakukan, lin?” Mira mendekapku. Rasanya aku semakin larut dengan tangisku. Mira juga begitu. Seakan sangat sedih melihatku bersedih.
*
Malam terasa sangat pendek. Semalam aku ingat, aku masih duduk di teras atas rumahku , menatap satu persatu bintang yang ada di langit kala itu. Entah apa yang merasukiku, tiba-tiba bayangmu hadir dalam lamunanku. Kau tersenyum seraya menggenggam tanganku. Lalu tiba-tiba bayangmu menghilang begitu saja.

Setahun, bukanlah waktu yang singkat untuk terus menungu. Aku bahkan masih percaya kau akan kembali meski kemungkinan itu amat kecil. Aku menatap wajahku di sebilah cermin. Wajah penuh kesenduan. Mata sembab sisa tangis semalam. “aku tidak menangis.” Sekali lagi aku menguatkan hatiku.

Mira mengetuk pintu kamarku. Sepertinya dia ingin mengecek keadaanku. Rasanya sudah sangat lama aku tidak melihat dunia dengan mataku sendiri. Mira sahabatku begitu setia menemaniku, mendengar setiap keluhanku. Menjadi tempatku berbagi kesedihan. Mira sahabatku, aku  tidak ingat kapan terakhir kami jalan bareng, hang out bareng, pokoknya bersenang-senang bersama.

Bahkan aku lupa kapan terakhir aku membantunya merawat dan memasarkan bunga bunga yang menjadi usaha kecil kami.  Walaupun hampir setiap hari aku kesana bersamanya.  Tapi aku hanya merawat dan memlihara satu bunga yang menurutku amat aku sayangi.

“lin, lihat (sambil menunjuk bunga yang berada di sudut jendela). Kau merawatnya dengan sangat baik.”

“iya, kau benar, Indah bukan?”kataku pelan sambil menatap bunga yang ia maksud.

“mm.. apa kau sudah baik-baik saja sekarang?” Tanya Mira hati-hati sambil melirikku sesaat.

Aku tersenyum. Entah senyum apa yang sedang aku perlihatkan pada sahabatku itu. “sepertinya, kau memang baik-baik saja sekarang.” Katanya lagi.

“Mir, apa dia akan kembali?” tanyaku tiba-tiba

“hmm?” mira tak menjawab

“apa dia ingat dengan janji kami?” pikiranmu mulai menerawang.

Mira mulai sibuk mempersiapkan pesanan bunga dari toko kami. Sebenarnya kami tidak berdua, ada seseorang yang membantu kami. Seorang karyawan yang kami upah dari keuntungan menjual bunga bunga ini. Menyenangkan bekerja di kelilingi oleh bunga bunga yang wangi nan indah ini.

Aku juga  mulai menyibukkan diri. Mengemas satu persatu bunga yang telah di pesan. Menghias papan ucapan selamat dengan bunga bunga ini. “ah, kapan trakhir kali aku sibuk seperti ini. Aku menyukainya.” seyumku dalam hati.

Tak terasa hari menjelang sore. Kami membersihkan sampah sampah yang berserakan. Menata kembali bunga bunga dengan rapi. Dan bersiap-siap kembali ke rumah kesayangan kami.  “aku senang melihatmu seperti ini.” Mira tersenyum padaku. Aku juga terseyum membalas senyum hangat dari sahabatku itu.

“aku akan membawa bunga ini.” Sambil mengangkat pot kecil dan menunjukkannya pada Mira.

“ck, kenapa Farhat memintamu merawat bunga ini?” melirik pot yang ada di tanganku dengan mimic heran di wajahnya.

“entahlah, dia bilang dia suka bunga matahari.” Jawabku singkat.

“jadi,,, kau akan membawa bunga itu ke rumah?”

Aku mengangguk. “Aku akan merawat bunga ini, sampai dia kembali. Dan aku akan memperliahtkan ini padanya, bahwa aku merawatnya dengan baik.” Kataku sendu.

“sampai kapan kau akan percaya kalau dia akan kembali ?” Tanya Mira agak kesal.

“aku tidak tau. Tapi aku yakin dia akan kembali.”  Aku meyakinkan hatiku sendiri meski kenyataan harus memperlihatkan keadaan yang berbeda dengan harapanku.
*
“kau akan meletakkan bunga itu dimana, Lin?” Tanya Mira sesaat setelah kami sampai  d rumah.
“aku akan membawanya ke atas”
“di kamarmu?” Tanya Mira lagi.
Aku mengeleng “nggaklah,aku akan membawanya k teras atas. Dia akan menjadi temanku menikmati keindahan malam ini, dan malam-malam berikutnya.” Jawabku setengah tersenyum.
“ckk, terserah kamu aja deh, Lin” kata Mira Pasrah sambil beranjak ke kamar.
Malam cukup cerah. Bintang bertebaran di permukaan langit. Membiaskan kelap-kelip cahaya yang tidak terlalu benderang tapi cukup membuat malam berdiri dengan anggun. Aku duduk tepat di sebelah bunga kesayanganku. Dengan secangkir teh hangat menemaniku.
Aku menatap bunga yang ia berikan sehari sebelum keberangkatannya. Aku meletakkannya di sudut teras atas rumahku. Memintanya menemaniku menikmati malam ini. Menatap langit yang penuh dengan bintang-bintang yang indah dengan sepotong rembulan yang begitu setia mendampinginya.
Sepertinya aku mulai terbiasa menunggu. mulai terbiasa Menikmati secangkir teh hangat sendirian, mulai terbiasa untuk tetap menunggu sambil berpikir kapan ini akan berakhir.
Angin berhembus perlahan menyentuh setiap pori kulitku. Dingin mulai merayapi. Dan malam makin menua. Mataku mulai lelah menatap bintang-bintang. Ngantuk mulai merasuki mataku. aku tersenyum pada bulan yang begitu setia menghiasi langit malam ini.
Lalu pandanganku mengarah pada bunga itu. menatapnya seksama “selamat malam. Mimpi yang indah sayangku.” Kataku sambil tersenyum pada bunga terakhir yang masih sempat kau titipkan padaku. Aku beranjak dari tempat dudukku. Aku ingin segera terlelap, membaringkan tubuhku pada kasur empuk dan bersiap-siap menemuinya meski itu hanya lewat sebuah mimpi.


Cerita Rakyat Bugis :: PAU-PAUNNA PAMMULANNA TANA WAJO



Engka seuwa wettu engka seuwa erung makkunrai masala uli ri Luwuq. Iyaro arung masala ulie anaq seuwai riindoqna riamboqna. Naana pattoloi ritanae ri Luwuq. Masarani indoqna sibawa amboqna sabaq malasa makkuannaro anaqna. Turummanettoni sanroe sibawa tabie maqbura,mabelani makkedai engka pinrana lasana iyaro arung masala ulie. mau baunna tempaulleni tauwe memmaui, saba makennyena namakeqbong kalallaing.
Sipulunni adeqna kuaettopa pabburana Luwuq, sabaq metauna nalelei lasa makkuero. Maeloq-i riuno tempeqdingi sabaq wija toriabusungi namaqdara takku. Narimakkuannaro masara tongenni tauwe ri luwuq.
Naiyya nassama turusi tauwe ri Luwuq mpawai alena iyamaneng menree ri-Mappajunge poadai-adai nassamaturusi, makkedae kega nalebbireng mappajunge ittello seddie naiya itello maega.
Lettuna denre ri yolona mappajunge, pada tudang manenni macokkong riyolona mappajunge. Metteni mappajunge makkeda agatu muakkatai mennang. Adeqna Luwuq kuaettopa tomaegae.
Pada metteni adeqna Luwuq. “Deq laing Puang kiakkattai menre riyolona Puammeng,iayami kiattanralojaki makkedai metauna atnna Mappajunge nalelei lasana anaqtoripopuangmmeng. Iayana kiassamaturusi makkedae, keganngareqza naelori mappajunge ittello seuwae iyareqza itello maega. Narekko naeloriwi Mappajunge ittello seuwae, maeloq-i atanna Mappajunge malekke dapureng. narekko naeloriwi mappajunge ittello maegae, madecengngi rekkua ripabelaiwi anaq toripopuammeng iaya malasa kumpinge.

Cerita Rakyat Makassar :: KUBURU’ SYEKH YUSUF


Syekh Yusuf Tuanta Salamaka nilassukkan tanggalak 13 Juli 1626 ri Gowa. Areng caddina nikana Muhammad Yusuf, lebbana anjari awalli tassawuf niarengi Syekh Yusuf Abdul Mahasin Hidayatullah Tajul Khalawati al Makassari.tau Sulawesi Selatan anngasengi Syakh Yusuf Tuanta Salamaka. Riwattunna attallasak tena angkana ri tana Gowa akbundu, mingga anggenna ri pengasingan ri Afrika Selatan.
Tanggalak 22 Mei 1699 Syekh Yusuf ammoterang ri Tanjung Harapan Cape Town Afrika selatan. Mingka parentana Raja Gowa XIX Sultan Abdul Jalil, Kuburanna Syekh Yusuf nipaletteki battu ri Afrika Selatan mange ri Lakiung tanggalak 5 April 1705, kamma-kamma anne anjari sala sekre tampak hiburang ri Kabupaten Gowa. Kuburanna Syekh Yusuf tena nabela battu ri masigi tua Katangka.
Syekh Yusuf Tuanta Salamaka iamintu ulama lompo battu ri karajaang Gowa ri aba 16. Pandudu Gowa anngissengi Syekh Yusuf angkana wali lompo appasilele agama islam ri butta Gowa. Ipantaranna Syekh Yusuf nia rua tau anneteng paranang illalang appasilele agama isilam ri karajaang Gowa, iamintu Datok ri Paggentungang siagang Lu’muk ri Antang. Tallu ulama lompoa anjo massing-massing anneteng paranang lompo.
Manuru caritaya, anjo tallu ulamaya mange ammekang ri Danau Mawang. Sikalinna bosi erok ngasengi akkaluruk, nampa tena maka pepek anjo ri tampaka. Pabattu pepek, anjo tallu ulamaya ampakei panngisenganna.
Uru-uruna Lukmuk ri Antang anngalle pepek battu ri jeknek bosi, nampa antunui kalurukna. Anciniki kaporrenna Lukmuk ri Antang, Datok ri Penggentungan tea tong erok nibeta. Anjo kilakna bosia napake antunui kalurukna. Anciniki kaporenna aganna, Syekh Yusuf samantara ammekang ammapasuluk  tongi panngisenganna. Anngallei kaluruk namapa nabolik ilalang tana, wattunna nabesok limanna naik akrinrai anjo kaluruka.
Anciniki kaporeang battu ri tallu ulamaya, Datok ri Penggentungan ansuroi Syekh Yusuf siagang Lu’muk ri Antang aklampa ri Makka appilajarak. Allanngerek kananna Datok, piranngallo kammanjo aklampami ammake lopi sombalak.
Ilalang pajjappanna aklampa mange ri Makkah, Lukmuk ri Antang ammoterang ri tanngana tamparnga nampa niawanngang ri tamparanga. Nampa Syekh Yusuf barhasilki battu ri Makkah. Nia carita angkana Syekh Yusuf  anrapiki annuntuk panngisengang ri suruga nampa nipoterangi ri lino appasilele agama isilang. Iamintu sabakna nigallaraki Tuanta Salamaka tau salama lono ahirak.
Syekh Yusuf sanna ningaina ri masarakakna, kamae punna niak tampak battu lekbak nasengkai wattunna nipela ri Balandaya, anjo tampakka niakui tongi kuburukna ri masarakaka iamintu ri Cape Town Afrika Selatan, Ceilon (Srilangka), Malaisya, Banten, siagang ri Kobbanga Gowa.
Kuburukna Syekh Yusuf di Kobbanga ri sipakgang masarakaka nikana karama’. Iamintu sabakna allo-allona jai tau mange assiara nampa jai tong akboya barakka. Nakana sipakgang taua kuburukna Syekh Yusuf nikana karama’ akkule anngerang dalle, punna ilalang isilang nikana Bid’ah, mingka jai tongi tau anjamai ane carana.

Cerita Rakyat Makassar :: LAPUNG BUAJA SIAGANG LAPUNG TEDONG


Niakmo sekre wattu nabattu akba lompoa ri sekre parasangang. Jaimi ballak rumbang siagang pokok kayu lompo nalariang jeknek, battuang kana anjo akba lompoa. Natikring niakmo sikayu Buaja lompo rampi nierang ri akbaya naik ri bontoa mingka bellai battu ri birinna binangaya.
Naia naunnamo akbayya nacinikmi niak pokok kayu anngutungi ingkonna siagang nasseng tommi kalinna anjo Buaja angkanaya bellai pale battu ir birinna binangaya. Apaji namareramo pakmaikna lapung Buaja anjoreng nasabak tenana nakullek giok-giok niutungi ri pokok-pokok kayu napilak bambang tommo alloa.
Tena nasallo tikring niakmamo sikayu Tedong numalo anjoreng ri tampaka erok naung annginung ri binangaya. Nicinikni ri Buaja nammarrang appalak tulung akkamase-mase angkana,”E, Saribattang, e. lapung Tedong, tulungak kosong nasabak lakbusuk allomok anne nabambangi allo, tamnganre, tamanginung, tamakkulle giok-giok nasabak na utungi pokok kayu ingkongku. Pasalai sarikbattang anjo pokok kayua barang akkulleejak kodong akgiok.”
Na nagiling tommo tedonga na nacinikmo buajaya ni utungi ingkonna ri sekrea pokok kayu nakanamo Tedonga, “Anne mae riolopa nariolo punna nia tedong naung ri binangaya annginung iareka  akjeknek tena nakanrena Buaja. Lanri kammami anjo natena kuerok antulungko nasabak kodina sipaknu ikau Buaja. Sannangmoko naung nanupisakringi sarennu. Tena kuerok allappassangko kapunna kulappasangko pasti nukanreak sallang.”
Nakanamo Buajaya, ”E, sarikbattang kupakpisakbiangi ri karaeng Allahu taala siagang ri surona, kupakpisakbiangi tongi ri anak cucungku, ri bija-bijangku ri tamakkulle na nupanraraki nikanaya tedong, nasabak pattulunnami anjo tedonga na kusalamak battu ri kamateanga,”
Nakanamo anjo tedonga, “Punna kammantu pale kanannu, bajikmi pale nakulappassangko ri kayu antarakako.”
Lekbaki anjo lappasakmi buajaya na nakana seng angkana, “E, Sarikbattang passukkuk laloi pannulunnu ri nakke nasabak kamma-kamma anne tena sikalipa nakukkullegiok-giok nasabak pakrisik ngaseng kaleng-kalengku nautungi kayu. Erang laloak naung ri jekneka, sarikbattang, kaerok mangkajako naung annginung.”
Nakanamo anjo Tedonga, “naikmako pale ri dongkokku nakuerangko naung ri binangaya.”
Ammempomi naung Tedonga na naik tommo buajaya ri dongkokka Tedonga na nampa akjappa naung ri birinna binangaya. Naanne lapong tedong tena niakkaki ri atinna angkana anjo Buajaya niak pale niak-niak kodina ri ia. Akboyami akkalak Buajayak antekamma nakulle nakanre anjo sumpadeng lapong Tedong nasabakcipuruk dudumi. Siallomi bujuruk nabambangi allo, tamanganre, tamanginung.
Naia ri wattu battunamo ri birinna binangaya, nakanamo lapung Tedong, “Anrinni mako kupangdongkok, Buaja.” Nakana seng Buajaya,”Panak-panunga sikekdek, sarikbattang ri jekneka solanna nabasa-basa kale-kalengku, nassaussau kusakring nasabak kalotorok sikali kusakring kalengku.”
Apaji na naung sedeng teonga ri jeknek sangge kulantuka. Nakana sedeng Tedonga, “anrinnimako kupanaung Buajaya, “ Anngapa nutea kamma ampanak-panaungak sikekdek. Apapi nukamallakkang nakulekbakmo assumpa, akjanji ri aku angkanaya, tena olona angkana inakke langkanreko. Apa tommo padeng kuballassangi pattulunnu siagang pakmaik bajiknu ri ankke.”
Apaji nanaungmo sedeng tedonga ri jekneka sangga narapikna bongganna iareka battanna, nasikai aklumpa mamo buajaya na nakana, “E, Tedong bebeknu kau anngapa nuerok amaptnappaki kana-kanangku, nabajik nupahanna angkanaya, riolopa na riolo nassimusu tedonga siagang buajaya. Tenamo nukkulle lappassak kamma-kamma anne nasabak sannami cipurukku anmbangi allo siallo bujuruk.”
Nakanamo Tedonga, “E Buajaya ianjo padeng nuballassangi pammajikingku ri kau saikbattang?”
Nakanamo Buajaya,”Teamako jai dudu bicarannu, nasabak iaku anne niak mako I lalang kakaosangnu kamma-kamma anne. Tenamo takkamana, tanamo tanukanreku, passami pale nilanngerek rolo bicarannu tallua apa-apa maea anrinni ritampaka, na nikutaknangi angkanaya niakkaja anjo pakmaik bajik nibalasak kodi?”
Nakanamo buajaya,”Bajikmi punna kamma antu eroknu nasabak tenamo annetakukanrenu.”
Tassiapai sallona para attayang, niak tojengmi anjo mae pakdinging, niakka anjo palek olona angkana pakmaik bajik nibalasak kodi?”  Nakanamo pakdinging kae-kaea, “Apaantu kau nukana. Inakkemo cinik, ri wattungku beri injapa tenamo kamma niangaiku, nipammoliak apa-apa, na nipanaikkak ri ulunna bainena ni jujung, napattapiak berasak, nakunipasere-sere ri manna tau loloa. Kamma-kamma anne toamak, kae-kae tommak tenamo maka ia natujuanngangak tau to linoa, nipasambilamak naung ri binangaya na anyukkang jeknek. Biasa tonjitu pakmaik bajika nibalasak kodi.”
Nakanamo Buajaya,” Lakukanre tojemmako, tedong.”
Nakanamo Tedong, “ Tayangi rolo makaruaya na nikutaknana tongi.” Tassiapa sallona, niak tojemmo tapperek kekkek silawarak ammanyuk ri ampikna lapung Tedong akkutaknammo angkana, “E, tapperek kae-kae, niak tongka anjo olona pakmaik bajika nibalasa kodi?”
Nakanamo tapperek kae-kae natoa, “Aapa antu nukana, inake lekbama antu nataba pakkutaknannu. Kamma-kamma anne toamak, kae-kaemak, nipassambilamak naung ri binangaya naanyukang jeknek. Riolo ri wattunku beru, nibalukak bajik-bajik, na nibolikak bajik-bajik, punna lekbama nipalaparak naempoima tau lakbirik. Biasa tonji antu pakmaik bajika ni balasak kodi.”
Ammannyuki seng anjo mange tappereka. Apaji napilak mallamo Tedonga na nakana ilalang ri pakmaikna, nakanre tojengmak anne buajaya. Nakanamo Buajaya, “Kukanre mako mae anne Tedong ka ruami nikutaknang nasangkamma ngaseng panggappaku.”Jari, nakanamo Tedonga, “Sakbaramako riolo, buaja nasabak passijanjianta sumpadeng tallu lanikutaknang na nampairua lekbak nikutaknang.”
Nappalak doammo Tedonga ri Karaenga Allahu Taala barang nipalappasi battu ri pammanrakinna Buajaya. Natikring niak mamo nacinik sikayu Pulandok annginung ri birinna binangaya. Nakanamo pakmaikna Lapung Pulandok anngapa nanika Tedong  I rawa jekne, anne Tedonga eroki nikanre ri Buajaya. Ammanrang tommi lapung Tedong akkutaknang mange ri lapung Pulandok, “E, Pulandok, niak tonja anjo olona angkana pakmaik bajik nibalasak kodi?”
Nakanamo Pulandoka lalang pakmaikna, “annaba sikali sumpadeng nawa-nawangku, erok tojengi.” Tedonga nikanre ri Buajaya. Appiwalimi lapung Pulandok angkana, “Apa antu nukana, takkulangerai, tongolokmak, naik-naik sako mae nampa akkana.”
Naikmi sikekdek anjo Tedonga na nampa akkutaknang sedeng angkana, “E, Pulandok, niakkaja anjo olona pakmaik bajika nibalasak kodi?” Nakana sedeng anjo Lapung Pulandok, naik-anik sako mae rolong, I atepako mae nampa akkana, katena kulanngereki angkana apa nukana, tongolokmak.Naikmi sedeng anjo Tedonga nipinawang ong bokona ri Buajaya, nanampa akkutaknang pole angkana, “E, Pulandok, niakkaja bajik nibalasak kodi.”
Naanjo lapung Pulandok ia nkutaknang, saia-iana anjo pappibalinna sumpadeng napau ri Tedonga. Napila naik tommo Tedonga ri birinna binangaya. Naia kira-kira tenananmo nanirapika ri Buajaa, nakanamo Pulandok, “Lumpakmako tippak naik, Tedong, tenamo antu narapikko nakayao Buaja nasabak ambawami jekneka.” Apaji naklumpakmo naik Tedonga ri bontona siagang lappasak tommi battu ri bontona siagang lappasak tommi battu ri pammanrakinna Buajaya. Larimi todong siagang Pulandok antama ri romanga.

Cerita Rakyat Makassar :: LAPUNG PULANDOK SIAGANG LAPUNG BUAJA



Napaui patannaya carita angkanaya, niak sekre wattu ri olo ri wattu tenanapa nassi sambung tamparang i lauka siagang tamparang i rayaya, anjo reawasaya macca inji akbicara olok-oloka kamma todong ikatte tau linoa anne.
Niakmo sekre wattu nassibuntuluk lapong Pulandok siagang lapong buaja ri birinna binangaya. Akkanami lapong Pulandok angkana, “E, Sarikbattang erokko anciniki kaporeangku,”
Appebalimi Lapong Buaja, “Iyo, ba, bajik bicarannu Lapong Buaja tappa lumpa mami Lapong Pulandok antakle ri birinna binangaya anjo sumpaleng.” Luarakna anjo binangaya niak kira-kira lima meterek. Takbangkami Lapong Buaja anciniki kagassinganna Lapong Pulandok. Apaji ampaccinikangi kaporeanna ri Lapong Pulandok.
Nakanamo Lapong Buaja angkana, ”Taenaka nucinna sarikbattang annganre-anre  jukuk.”
Nakanamo Lapong Buaja, “Iyek, ba eroka sarikbattang.”
Nakanamo Lapong Buaja, “Naung mako pale mae anrinni ri birinna binangaya.” Napunna antu akbiring mako niakmi antu nucinik jukuk akkawang-kawang. Na anjo jukuk akkawang-kawang jakkalakmi nampa nukanre. Ri wattu nalanngereknamo anjo sumpaleng ceritanna Lapong Buaja, tappa naung tojemmi ri biriinna binangaya. Apaji nanicinikmo mae jukuk akkawang-kawang.
Nampai erok najakkalak anjo sumpaleng jukuk akkawanga tikring nikokkok mami bangkenna Lapong Pulandok ri Lapong Buaja. Nampa nakana Lapong Buaja, “ E, Sarikbattang, kamma-kamma anne erokmi kucinik kaporeannu, nasabak anne kamma  eroko kukanre, na antetong kamma la lappasak.”
Apaji nammakkalak takmurimo Lapung Pulandok ia ankana,’E, sarikbattang, nukana antu kapang bangkengku nukokko. napagiok-giokmi bangkenna sualia nampa pole nakana, antu nukokkoka sarikbattang teai bangkengku, takkangkuji.”
Na nalappassammi anjo sumpaleng nakokkoka Lapong Buaja. Battuang kana bangkenna Lapong Pulandok nampa erok nakokkok anjo sualia. Na tena tomapa narapik nakokkok anjo sualia bangkena Lapong Pulandok tappa aklumpak mami naik ri birinna binangaya na nakana pakkananna, “E, Sarikbattang, tena tojeng sandongoknu ri linoa. Antu sumpaleng nukokkoka bangkengkumi antu.”
Mingka kuballe-balleijako, kangremi naik dompalaknu sarikbattang. Apaji nasirik-sirikmi nasakring larro tommi Lapong Buaja  na anakana, “ Bajik-bajikko sarikbattang, punna kugappakosallang tenamo kupakanako, kukanre matako, kupasikanre assinnu, bulu-bulunna, siagang buku-bukunnu.”
Tenamu antu nukulle mange annginung ri birinna binangaya, kujagaimako. Nakanamo Lpong Pulandok tea tommak annginung ribinangaya sarikbattang . nakana sedeng anjo Lapong Buaja, “Jari la kereko mae lannginung pale.” Nakanamo lapong Pulandok, “ Anjoreng ri kalokbanga.”
Nibodoi caritaya, niakmo sekre wattu na niak lapong Buaja ri pottananga na namange ri kalokbanga accokko antajangi lapong Pulandok lamangena annginung anjoreng. Na tasiapai sallona attayang, niak tojengmi anjo mae battu aklumpak-lumpak lapong Pulandok erok mange annginung ri kalokbannga anjo. Ri wattu akbirinnamo anjoreng ri kalokbanga tappa nacinik mami ulunna lapong Buaja ammikko-mikko battu rawa anjoreng ri kalokbanga. Apaji nalarimo lapong Pulandok  antama ri romanga accokko napakamma mallak siagang lannasak. 
I lalannami anjo romanga appikirikki nakna pakmaikna, “Antekammami anne akkalakku nakkulle ambunoi lapong Buaja nasabak punna tenai kubunoi ballassakma, kamaemak mange lannginung nasabak sikamma tampak pannginungangku nakanami ngasemmi lapong Buaja.”
Lekbakmi anjo akpikkirik akjappa-jappai suluk ri birinna, anjo romanga natikring sibuntuluk mami sikayua ularak. Na anjo ularaka tanikana-kana lompona. Akreppesemi lapong  Pulandok mange ri ajno ularaka na nakana, “E, Sarikbattang tenaka nuerok nucinina annganre jukuk lompo.”
Appibalimi ularaka angkana, “Erok tojengka antu sarikbattang kerei mae ammantang.”
Nakanamo pole lapong pulandok, “Amminawang mako mae ribokoku nakilampa.” 
Apaji najjapamo sajappa-jappana sanggenna mange ri sekrea kalokbang battuang kana paddukkuang tedong napacokkoia lapong Buaja. Naballa inji na nacinikmo lapong buaya aklakkung ri birinna anjo kalokbanga. Nakanamo lapong pulandok ri ularaka, “cinikmi sarikbattang lompona anjo jukuka kukaraya.”
Apaji naparri-parri anjo ularaka mange ri birinna anjo kalokbanga . na anjo lapong Buaja sumpaleng simata jaga-jaga memang tongi. Nalangerekna niak sacra aklolok-lolok nalumpakinna anjo ularak lompoa nakokkok. Naia tasseng anjo ularakak napakaluki ingkong Buajaya. Tenamo marinna nipatappasa ularaka ri Buajaya. Attanngangi aklaga ammarrammi lapong pulandok angkana, “ Kocciki matanna.”
Apa nanikocci tojengmo matanna lapong Buaja. Naia ri wattunna nikocci matanna napasambilami ularaka. Apa nabellamo tassambila anjo ularaka. Tasiapai sallona battu sengi ularaka allure, na anjoremmi anjo sipatappasa, sipamabbung tojeng.
Sisambe-sambe sipakalli, sisambe-sambe sipatappasak, sipagulung. Ri wattunna kamma anjo nikoccik mamai matanna lapong Buaja nakira-kira niak kapanga sekre meterek ingkonna antama anjo lapong ularak. Iami anjo napasabakki namate lapong Buaja nasabak sannakna lokokna. Naia lapong ularak lekbakna anjo larimi antama ri romanga.
Naia tossing anjo sumpaleng lapong ularak lari mange accokko. Na wattunna lari anjo sumpaleng lapong pulandok, tugguruk tongi sedeng ia naungi ri daralika natenamo nakkulle naik. Tallumi allo tallu banngi ammantang I rawa saralika, natikring niak mamo tedong sikayu numalo.
Akkutaknammi tedonga angkan, “apa antu nugaukang I rawa antureng sarikbattang.” Appiwalimi lapong pulandok angkanaya, “Accokkoak sarikbattang I rawamae nasabak eroki runtung langika, napunna tena nunaung mae accokko sarikbattang attantumi naruntunginnu, naung mako tetterk mae sarikbattang.”
Apaji natarek-tarekmo anjo tedonga allangereki caritana lapong pulandok. Nasabak kabebasanna aklumpak tojengmi naung tedonga ri sarallika. Naia ri wattu battunamo naung ri sarallika, tappak lumpak mami naik lapung pulandok ri dongkokna nampa aklumak naik ri tompokna tanaya, nalari salari-larina anatama riromanga tabattuang-battuanga.
Naia battunamo antama ri romanga sigappami pole siagang anjo sumpaleng ularak lompoa aklaga siagang lapong buaja, nakanamo lapong pulandok, “apa antu kareba sarikbattang.”
Anjo sumpaleng lapong ularak nacinikna lapong pulandok erokko larro pattujuanna nasabak, nipakdongok-dongoki ri lapong pulandok, mingka nipalecei sangge palece ri lapong pulandok snggenna tenamo nakjari larro.
Lekbami massing nacaritami pangalamanna ri wattu sisaklakna sumpaleng ri birinna kalokbanga napacokkoia lapong Buaja. Lekbaki kamma anjo appalak popporokmi lapong pulandok, ri ularaka, na nampa massing ammoterek mange ri pammantanganna.
Nipannarusuki caritaya, niakmo sekre wattu na mange akjappa-jappa lapong pulandok ri biring binangaya, napikkiriki angkanaya tenamo namallak-mallak ri lapong Buaja nasabak lekbami nibuno ri ularak lompoa. Niak battunamo anjoreng lapong pulandok ri birinna binangaya anjosumpaleng nasitujuan tongi niak ruang kayu tedong lompo attura sipahele-hele mange-mange. Ammantangi lapong pulandok accinik-cinik, na tasiapa sallona anjo tedonga atturua, niakmo saurak sikayu nalari mange attuliling ri lapong pulandok, sangkamma erok appalak paralindungan. Na anjo lapong pulandok lakbi rioloi lari, na wattunna lari tenamo naciniki angkana niak pakdukkuang tedong. Eroki nalumpaki natena nakullei sanggenna tugguruk naung angjoreng ri pakdukkuang tedonga. Wattunna aklumpak lapong pulandok aklumpak tongi tedong niondang ri paranna tedong. Anjomi sabak namate lapong pulandok, nampa tedonga ammantangi ilalang ri ri paddukuang tedonga.

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.