menyukaimu seperti sebuah sajak yang tak pernah sampai
aku tidak dapat menerka
saat mentari pulang
aku tetap di sini
berdiri di ujung senja ini
bersama rindu yang terus mengusik
aku tidak dapat menerka
saat senja semakin tua dan renta
masihkah aku disini ??
bersama rindu yang terus mengusikku ??
aku tidak dapat menerka
saat rindu terus mengikuti
akan seperti apa ketika rinduku
telah sampai pada titik jenuh
masihkah aku merindumu ??
namun,, ku katakan pada kalbuku
"tak akan lagi merindumu,, tak lagi merindumu seperti kekasih"
setiap detik terasa sangat berarti
setiap pertemuan terasa sangat spesial
setiap pertemuan itu seperti sengaja "terjadwal" kau memiliki berbagai cara agar kita dapat bertemu. Tapi sekarang
ketika aku ingin bertemu denganmu,
selalu ada alasan yang kau buat agar kita tidak bertemu.
dan selalu aku percaya dengan katamu, meski hatiku tak pernah percaya.
aku selalu mengabaikan kata hatiku "Kau bukanlah orang penting, jadi berhentilah percaya."
"aku akan percaya dengan apa yang aku percayai"
itulah kata yang selalu ku ucapkan untuk menghindari hatiku yang mulai tidak percaya.
sepertinya, waktu mulai membuka mataku, tidak semua kata harus aku percaya.
aku mulai melihat, bukan dengan mataku
aku mulai percaya dengan yang aku percayai
ucapanmu, tatapan matamu
meski waktu itu semua kata yang terucap terasa sangat manis
semua terdengar sangat tulus dari hatimu
tapi, sebuah ketulusanpun dapat terlihat
tidak dari hatimu
karena aku tak pernah melihat itu dimatamu
mulut mungkin bisa berbohong
tapi di matamu, disanalah aku bisa mendengar kejujuran.
menunggu membuat waktu serasa lambat untuk berdetak
dia memang sudah pergi
namun menyisakan setitik rindu
dia memang sudah menjauh
namun menyisakan sepercik cinta yang entah kapan akan kering
dia sudah pergi
hilang dan menjauh
aku hanya perlu menjauh pula
dari pikiran ku tentang dia
dia sudah jauh
aku hanya akan hanyut dalam kebisuanku tentangnya
karena dia sudah pergi dan jauh...
ah.. ada kalanya aku juga merinduinya
rindu yang terus merayu
menguras segenap rasa
melemahkan segala asa
terkadang air matapun berbicara
menemani kebisuanku
menemani diamku
melenakanku dalam badai nikmat kerinduanku
melenakanku dalam lamunan indah tentangmu
bahkan sepotong rembulan kadang menjadi kawan terbaikku
hanya mendengarku membagi rindu yang tak tertahan
pada dia yang sudah pergi dan jauh
aku tidak dapat menerka
saat mentari pulang
aku tetap di sini
berdiri di ujung senja ini
bersama rindu yang terus mengusik
aku tidak dapat menerka
saat senja semakin tua dan renta
masihkah aku disini
bersama rindu yang terus mengusikku
aku tidak dapat menerka
saat rindu terus mengikuti
akan seperti apa ketika rinduku
telah sampai pada titik jenuh
masihkah aku merindumu ??
namun,, ku katakan pada kalbuku
"tak akan lagi merindumu,, tak lagi merindumu seperti kekasih"
Copyright 2009 - Trie Wahyuni
Theme designed by: Raycreations.net, Ray Hosting, Distributed by Deluxe Templates