Kesusastraan
berbentuk prosa yitu sastra parwayang dihasilkan pada masa jawa klasik
kebanyakan merupakan gubahan atau saduran dari purwa-purwa Mahabrata
1.
Parwa Mahabrata,
antara lain:
a. Adiparwa
b.
Wirataparwa
c.
Udyagaparwa
d.
Bhismaparwa
e.
Asramawarsaparwa
f.
Masalaparwa
g.
Prathanikaparwa
h.
Swargarohana
2.
Sastra Wayang
Sastra pewayangan
merupakan sastra yang ceritanya bersumber dari epos mahabrata dan ramayana.
Sastra ini merupakan salah satu sastra jawa dalam bentuk lisan karena
dipentaskan dengan menggunakan wayang baik itu wayang kulit maupun wayang yang
lain.
Yang bebentuk puisi antara lain:
1. a. Kakawin merupakan
adaptasi puisi india yang terikat pada pola persajkan yang ketat. Kakawin dalam
kesusastraan jawa dikenal sebbagai karya penyair yang mempunyai pengertian yang
luar biasa. Sastra kakawin biasanya disusun dalam bentuk pupuh yaitu batasan
lagu yang terikat oleh banyaknya suku kata dalam satu bait, yang merupakan
bagian pengantar seorang penyaor dalam memenuhi karangannya.
2. b. Suluk berasal dari
kata doka yang berarti puisi. Suluk yang berkaitan dengan ilmu gaib yang memuat
ajaran berupa usaha seseorang dalam mencari kesempurnaan hidup berdasarkan
ajaran mistik islam. Beberapa karya sastra suluk yang ada dalam khasanah sastra
jawa antara lain suluk sukarsa, suluk wujil, suluk malang sumirang, dan suluk
yang berkaitan dengan pewayangan.
3. c. Macapat merupakan
puisi berbahasa jawa baru yang memperhitungkan jumlah baris untuk tiap bait ,
jumlah suku kata tiap baris, dan vokal akhir baris, baik jumlah suku kata
maupun vokal akhir tergantung atas kedudukan baris bersangkutan pada pola
metrum yang digunakan , disamping itu pembacaannya pun menggunakan pola susunan
nada yang didasarkan pada nada gamelan, secara tradisional terdapat 15 pola
metrum macapat.
4. d. Parikan adalah
puisi tradisional jawa yang mempunyai bentuk kesamaan dengan puisi tradisional
melayu pantun. Puisi ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian sampiran dan
bagian isi.
5. e. Cangkriman adalah
jenis puisi jawa yang mengandung teka-teki dan perlu dipikirkan atau dijawab
oleh pembaca atau pendengar.
6. f. Japamantra adalah
jenis puisi yang dianggap memiliki daya kekuatan gaib. Biasanya diucapkan
dengan tujuan dan maksud tertentu (Pengobatan atau tolak bala).
7. g. Dolanan anak-anak
merupakan jenis puisi tradisional jawa yang sering dinyanyikan anak-anak untuk
mengiringi permainan yang mereka selenggarakan. Puisi jenis ini tidak terikat
oleh peraturan khusus, tetapi merupakan puisi bebas dan dengan bunyi yang
teratur.
B.
Sastra Jawa
pertengahan (akhir abad 19 sampai tahun 1920)
Karya-karya pada
periode ini umumnya berbentuk prosa, contoh karya sastra jawa yang berupa
prosa:
Sastra Babad yaitu
salah satu jenis karya sastra yang berupa bahasa jawa yang berisi
episode-episode dari sebuah kisah sejarah kerajaan jawa. Contoh Babad yaitu
Babad Giyanti.
Karya sastra jawa
pertengahan yang berupa puisi:
Kidung dan tembang
merupakan puisi yang menganut pola persajakan jawa asli. Kiding menggunakan
bahasa jawa pertengahan sedangkan tembang menggunakan bahasa jawa baru.
C.
Sastra Jawa Modern
(periode 1920 sampai sekarang)
Sastra jawa Modern
adalah sastra jawa yang telah mendapat pengaruh kebudayaan barat atau sastra
jawa yang lahir semenjak zaman Balai pustaka. Kelahirannya diawali dengan terbitnya roman atau novel
“Serat Riyanto” karya R.M. Sulardi (1920) .
Kalau kita
memerhatikan perkembangan sastra jawa modern, maka dapat diketahui
bentuk-bentuk sastra pada periode ini. Genre sastra pada periode ini dibagi menjadi tiga bagian:
1.
Fiksi adalah jenis
karya sastra yang berisi kisah ini yangg direka, pada umumnya berbentuk prosa
(Sudjiman 1990 : 31).
2.
Puisi adalah ragam
(jenis) sastra yang bahasanya terikat oleh irama, sajak (rima), seperti
penyusunan lirik dan bait (Sudjiman 1990 : 64)
3.
Genre fiksi
a.
Novel merupakan salah
satu bentuk sastra jawa modern yang berbentuk prosa.
b.
Cerita pendek hampir
sama dengan novel. Bedanya cerita pendek hanya terfokus pada satu permasalahan
saja. Tidak memiliki masalah yang kempleks.
c.
Puisi modern
(geguritan) adalah puisi yang selalu didahului dengan kalimat “Sun Gegurit”
atau “San anggurit” yang berarti “aku mengarang atau membaca guritan”. Jenis
puisi ini memunyai larik yang tidak tetap, tetapi, jumlah suku kata didalam
setiap larik beserta bunyi akhir lariknya selalu sama.
Drama sebagai sastra
tulis belum mencolok dalam kehidupan sastra jawa modern. Baru pada tahun 1979
dan 1980 drama berbahasa jawa dipentaskan di berbagai tempat setelah diadakan
sayembara penulisan naskah drama berbahasa jawa
0 komentar:
Posting Komentar