Malam itu kau duduk tepat di depanku.
Menatapku dengan sesimpul senyuman. Ketika ku balik menatapmu, kau buang
pandanganmu ke tempat lain. Sedih rasanya. Ketika itu Q sangat berharap kau
menyapaku. Tapi hanya diam yang ku dapat. Aku pun terdiam. Dan kita pun diam.
Aku tidak pernah tau bagaimana
perasaanmu terhadapku. Kau tak pernah berusaha mengucapkan apa pun padaku. Aku
hanya bisa mendapati dua bola matamu sedang menatapku. Seolah kau ingin
mengucapkan sesuatu. Tapi tertahan di kerongkonganmu. Kau terus diam, hanya
matamu yang sedang mengucapkan sesuatu yang tak bisa aku pahami. Aku tak pernah
melihatmu sebelumnya. Dan aku tak pernah tau bahwa kau ada selama ini.
Aku tidak tahu, sudah berapa menit kau
duduk disana dengan tatapan tertuju ke arahku. Aku sempat salah tingkah, tapi
dengan cepat kuraih tingkah yang sewajarnya. Sekian menit, sekian detik.
Entahlah aku tidak peduli. Aku juga tidak mengenal siapa kau. Aku sempat
bertanya pada diriku sendiri siapa gerangan dirimu yang dari tadi menatapku.
Aku beranjak dari dudukku. Mencoba
menjauhi pandanganmu. Aku berpikir keras, mengapa kau terus menatapku tanpa ada
kata salam terucap dari bibirmu. Ini adalah awal pertemuan kita, Tanpa sengaja
dan tanpa kebetulan.
Aku bertemu denganmu dirumah mbak riri.
Salah satu kerabat yang cukup dekat denganku. Ternyata kau adalah teman mbk
riri yang sedang berkunjung. Ketika ku coba memandangmu seraya ingin memberi
salam, kau kembali sibuk dengan teman-teman disebelahmu. Dan itu membuat ku
urung menyapamu. Mungkin aku malu atau apalah aku tidak tau.
Menit pun berlalu dengan angkuh, hanya
tatapanmu yang menemani kunjunganku kerumah kerabatku itu. Aku sempat kesal,
mengapa kau tak menyapaku. Apa itu artinya aku berharap kau menyapaku (huaa
ngarep).
Tak ada hal lain yang aku pikirkan
semenjak aku meninggalkan rumah mabk riri. Senyum dan tatapan matamu yang
mencoba mencuri hatiku.
“mengapa dia terus menatapku seperti itu
ya?” Tanya dalam benakku
Mungkin itu cara dia memperkenalkan
dirinya pada seseorang, bukan sapa yang ia lontarkan tapi tatap yang ia
berikan.
*
Hari berikutnya aku kembali berkunjung
ke rumah mbak riri yang jarak rumahnya tak lebih dari 200 meter dari kediamanku.
Aku kembali mendapatimu duduk di sofa biru rumah mbk riri bersama teman-temanmu
yang lain. Lagi-lagi kau mengikuti langkahku dengan tatapanmu. Setelah kau dan
yang lain pamit pulang, aku menanyakan tentangmu pada mbak riri. aku
mengintrogasi mbak riri dengan pertanyaan yang sedari tadi ingin lompat dari
kepalaku. Sekarang aku jadi tau siapa namamu. Akram, nama itulah yang mbk riri
sebut di depanku. Dan ternyata, mbak riri menangkap sesuatu yang lain dari
setiap tanya yang aku lontarkan padanya.
Aku bisa membaca pikiran mbak riri. Dia
mencoba menebak-nebak alasan mengapa aku sangat ingin tau tentang cowok berbaju
merah itu. Tebakannya tepat mengena padaku. “Apa mungkin aku menyukai laki-laki
itu. Tapi kenapa, bahkan kami belum menyapa satu sama lain. Apa karena
tatapannya telah menembus hatiku. (Walah, aku jadi mengahayal sendiri..hehehe).
tadinya aku sempat berharap, dia meyapaku dengan salam bukan dengan tatap.(ah,
apa aku sangat berharap dia menyapaku).
Mbak riri sempat menebakku. Dia bilang,
aku suka sama akram saat pandangan pertama. Nyatanya memang seperti itu adanya.
Aku bahkan tak bisa membohongi hatiku. Dan yang paling mengejutkanku, ternyata
akram mencari tahu tentangku lewat mbak riri. Dia menanyakan nama dan status
hubunganku. (waduh, aku semakin menghayal tingkat tinggi, nih.)
Sesaat setelah aku sampai dikediamanku.
Aku terus berpikir mengapa dia menanyakanku. Apa dia juga suka sama aku saat
pandangan pertama. Itulah pertanyaan yang ada dalam benakku. Tapi aku tak ingin
berpikir macam-macam, satu macan aja uda bikin greget apa lagi seribu macan,
hehehe.
*
Uda beberapa hari ini, aku nggak kerumah
mbak riri. Aku juga tidak pernah melihatnya lagi. Tapi bayang wajahnya saat
menatapku terus mengapung dikepalaku. Aku jadi berharap bertemu dengannya lagi.
Harapanku jadi nyata, saat aku melihatnya
bersama mbak riri menghampiriku sedang duduk sendiri di meja paling pojok rumah
makan dekat kampusku. Tadinya aku dan mbak riri memang uda janjian ketemu, tapi
tak kusangka dia datang bersamanya. aku
sempat salah tingkah ketika dia menyapaku. (jadi nerveos sendiri,,heheh)
Kami bertiga duduk dalam satu meja. Aku
sangat senang duduk semeja dengan akram. Apa yang dikatakan mabk riri dulu
kalau aku suka sama akram itu benar. Buktinya saat ini hatiku berdegup tak
karuan ketika dia mengobrol panjang lebar denganku. Aku berharap tukeran nomor
handphone dengannya. Tapi, itu tidak terjadi. Kami hanya ngobrol, dan ternyata
dugaanku salah. Ternyata dia ingin tau nomor handphoneku. Belum sempat aku
sodorkan nomor handphoneku, perasaanku menjadi nggak enak dan tiba-tiba
berubah, ketika aku melihat mabk riri menatap padaku,Sikapnya juga sedikit aneh
Entah tatapan apa itu. Aku tidak mengerti dan itu membuatku jadi aneh.
aku belum sempat memberi nomor handphone
pada akram, mbak riri buru-buru pamit dan menarik tangan akram, agar dia mau
beranjak dari tempat duduknya. mereka pun berlalu dari pandanganku. Aku pun
beranjak dari dudukku untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah. Aku berPikir
sangat keras, ada apa dengan tatapan mbak riri. Aku juga tidak sempat meminta
penjelasan atas tatapannya itu siang tadi. Berbagai pertanyaan timbul dalam
benakku.
“apa mbak riri, tidak suka kalau aku
akrab dengan akram ?. Tapi mengapa ? bukankah dia sendiri yang menebak
perasaanku kalau aku suka akram dan akram pun tampaknya suka denganku.” Benakku
bertanya-tanya.
Beribu pertanyaan mengiringi langkahku
menuju rumah mbak riri. Bersamaan dengan itu, bintang-bintang di langit malam
pun turut mengikutiku dari atas sana. Aku tidak berniat meminta penjelasan atas
tatapannya siang tadi. Aku anggap tidak terjadi sesuatu yang aneh. Dan seperti
biasa aku ingin curhat tentang kisah baru yang akan aku jalani bersama akram.
Namun, apa yang aku dapati. Aku mendengar pembicaraan mbak riri dan akram yang
sedang berlangsung melalui telepon genggam yang menempel di daun telinganya.
Aku tersentak. Ada nada mesra yang
terlontar dari mulut mbak riri. aku ingin mendekat, tapi ku urungkan. Jadilah
aku seorang penguping?. Aku mendengar semua percakapan mereka. Memang agak
samar-samar, mereka mengobrol lewat telepon genggam. Dan hanya ucapan mbak riri
saja yang terdengar sangat jelas di telingaku.
Aku tidak ingin terlalu lama menguping
pembicaraan mereka. Aku beranjak dari tempatku bersandar. Aku ingin mencerna
dengan baik, sesuatu yang aku dengar tadi. Aku berjalan lunglai menuju
kediamanku.
Aku tidak mempedulikan tegur ibuku,
ketika melihatku berjalan lunglai. Aku segera masuk ke kamarku. Ingin memahami
apa yang sebenarnya terjadi antara mabk riri dengan orang yang ku suka. Aku
pandangi langit kamarku. Aku menatap keluar jendela. Ku dapati bintang dan
bulan dengan damai berdampingan. Ingin ku utarakan isi hatiku pada mereka. ada
apa antara mbak riri dan akram. Namun, tak ada jawaban yang ku dapat.
Sebenarnya, apa yang aku kesalkan malam
ini ?. Aku kesal karena ternyata orang
yang ku anggap kakak tega menghianatiku?.
“Kalau ternyata mbak riri suka dengan
akram, mengapa dia malah seolah meyodorkannya padaku. Mengapa mbak riri nggak
jujur ke aku?” Tanya dalam hatiku.
Beribu Tanya terngiang di kepalaku.
Memikirkan sebab mbak riri berbohong. Ya, aku seolah dibohongi dan merasa
dipermainkan. Apa aku sendiri yang ke-ge-eran ketika mbak riri menggodaku dan
mengatakan kalau aku suka dengan akram.
Aku mencoba memejamkan mataku. Aku ingin
terlelap tanpa memikirkan apapun, mbak riri ataupun akram. Ku pandangi langit-langit kamarku, dan
berharap aku sesegera mungkin masuk ke singgasana mimpiku.
*
Pagi menjelang, menyembulkan cahaya
kuning dikejauhan sana. Ku sambut fajar dengan sejuta Tanya di kepalaku. Ku
buka jendela kamarku, terdengar kicauan merdu burung pipit di atas dahan.
Seolah mereka tahu aku sedang dilanda kegalauan panjang. Mereka menghiburku
dengan nyayian pagi yang menyenangkan. Sendu nyanyian pipit mengiringi pagiku
yang mendung.
Aku tak berlama-lama berada di rumah.
Segera menemui mbak riri dan meminta penjelasan tentang semuanya. Awalnya dia
tak mengakui perasaannya sendiri. Tapi aku terus memaksanya hingga akhirnya dia
mengaku kalu dia sebenanya suka dengan akram. Tapi, dia malu mengungkapkan
perasaannya itu. Aku sekarang mengerti tatapan yang mbak riri lempar ke aku
waktu itu.
“maafkan aku, Vika? Aku sebenarnya sudah
lama suka pada akram, tapi aku malu untuk ungkapin perasaanku padanya. Aku
takut di tolak? Ujarnya dengan nada sendu..
“lalu kenapa, mbak berbuat begitu ke
aku,?. Apa yang mbak pikirkan sebenarnya waktu mbak menggodaku malam itu?” ada
rasa marah dalam dadaku.
“maafkan aku, Vik.” Ada rasa sesal di
setiap ucapannya. “aku tidak bermaksud untuk …”
“udahlah, mbak. Aku mengerti.” Aku
memotong omongannya. Aku tak ingin mendengar apa pun lagi. Itu hanya akan
membuat aku semakin marah. “tapi, harusnya bilang ke aku kalau sebenarnya mbak
suka sama akram” ada rasa kecewa di hatiku.
Aku sedikit kecewa dengan pengakuan mbak
riri. Ingin marah. Tapi aku tak berhak. aku bukan siapa-siapanya akram. tanpa
berpikir panjang, aku memutuskan mengikhlaskan Akram untuk mbak riri.. Aku rela
jika akram dan mbak riri pacaran. Ku biarkan mereka membangun bahtera cinta dan
aku tak akan mencoba menghancurkan hubungan yang akan di bangun. Walaupun
hatiku saat itu sudah tidak berbentuk lagi. Ada rasa kecewa, marah dan entahlah
aku sudah tidak bisa menebak apa yang sedang dirasakan hatiku sendiri.
Sebenarnya aku masih berharap akram akan
memilihku. Tapi, hati kecilku menasihatiku. Dia tidak membiarkan aku, merusak
hubungan yang akan dibangun oleh mereka. Aku tak pernah sempat menanyakan
perasaan akram terhadapku. Aku memang baru mengenalnya. Tapi dia telah membuat
hatiku luluh. Dan sekarang hatiku remuk mendengar pengakuan mbak riri. dan ku
relakan kisahku berhenti untuk melanjutkan kisah mereka. ku biarkan cintaku
layu dan mati.
Sejak mbak riri mengakui perasaannya,
aku tak pernah lagi mencari tau perasaan akram padaku. Aku tidak ingin menjadi
orang ketiga di antara mereka. dan Semoga akram memiliki perasaan yang sama
terhadap mbak riri, agar mabk riri tidak sakit hati jika cintanya bertepuk sebelah
tangan dan aku tak ingin itu terjadi. Sungguh, aku tak ingin dia sedih.
Ku biarkan kisahku tak berujung. ku
biarkan rasa ini mati dengan sendirinya, sampai seseorang hadir membangkitkan
kembali rasa yang sengaja mati. Aku akan menunggu seseorang itu dan
mengembalikan rasa yang sempat tertanam di hatiku. Dan membuatkan aku kisah baru
yang lebih bermakna dan berkesan sampai hari menua hingga tak ada lagi kisah
yang bisa aku buat.
0 komentar:
Posting Komentar