SASTRA NUSANTARA : SASTRA JAWA


A. Sastra Jawa Klasik
Secara subtansial sastra jawa klasik dikategorikan sebagai karya sastra yang bernilai tinggi, luhur, langgeng, dan tidak luntur sepanjang masa. Sastra ini disebut juga karya susastra karena mengandung ajaran yang luhur, tulisan yang hebat, aturan yang sangat baik, pengetahuan yang indah, dan bernilai seni tinggi. Dalam sastra jawa klasik dikenal beberapa genre atau jenis sastra, di antaranya:
1. Kakawin
Kakawin merupakan adaptasi puisi india yang terikat pada pola persajakan yang ketat. Dalam kesusastraan jawa dikenal sebagai karya penyair yang mempunyai pengertian yang luar biasa. Sastra kakawin biasanya disusun dalam bentuk pupuh, yaitu batasan lagu terikat oleh banyak suku kata dalam satu bait, dan biasanya dibubuhi oleh manggala.
2. Kidung dan Tembang
Kidung dan tembang merupakan puisi yang menganut pola persajakan jawa asli. Kidung menggunakan bahasa jawa tengahan, sedangkan tembang menggunakan bahasa jawa baru.kedua sastra ini merupakan bentuk puisi tradisional dalam saatra jawa klasik. Puisi tembang terbagi atas tiga golongan: puisi tembang macepat, puisin tembang tengahan, dan puisi tembang gede.
3. Sulul dan Babad
Sastra suluk adalah sastra yang memuat ajaran berupa usaha seseorang dalam mencari ksempurnaan hidup berdasarkan ajaran mistik islam. Beberapa karya sastra suluk dalam khasana sastra jawa antara lain: suluk sukarsa, wujil, malang, dan sumirang. Sastra babad adalah salah satu jenis karya sastra barbahasa jawa yang berisi episode-episode dari sebuah kisah sejarah kerajaan jawa. Satra babad banyak memakai judul dari nama pemerintahan atau lokasi tempat, misalnya, Babad Tanah Dawi, Babad Banten, dan Babad banyumas. Sastra babad muncul pada abad ke-17, pada saat itu mataram di perintah oleh Sultan Agung.
4. Sastra Wayang
Sastra pewayangan merupakan sastra yang ceritanya bersumber dari epos mahabarata ramayana.sastra wayang merupakan salah satu sastra jawa dalam bentuk lisan, karena dipentaskan dengan menggunakan wayang. Sastra jawa yang lain dalam bentuk lisan adalah kentruk, yaitu cerita yang diceritakan oleh para penglipur lara. Pada masa kepujagaan kiai Yasadipura, karya-karya sastra yang muncul pada saat itu dikelompokan menjadi dua karya yaitu yang berbentuk tembang dan karya saduranatau bangun. Karya saduran banyak bersumber dari karya sastra kuno atau kitab-kitab purwa. Penulis yang menonjol pada saat itu adalah kiai Yasadipura.
B. Satra Jawa Pertengahan
Sastra jawa pada akhir abad ke-19 digolongkan sebagai sastra jawa pramodern. Pada dekade ini lahirlah karya yang mempunyai warna dengan karya sebelumnya. Karya-karya pada periode itu pada umunya berbentuk prosa, yakni berupa kisah, perjalanan, babad, roman sejarah, novel, dongeng, dan cerita perwayangan. Namun sebagian kecil juga masih berbentuk tembang macapat. Kisah perjalanan merupakan cerita tentang perjalanan seseorang ke suatu daerah. Alurnya meliputi dalam perjalanan, di tempat tujuan dan kembali dari tempat tujuan. Latarnya bersifat kongret artinya, mengunakan daerah-daerah yang ada di jawa seperti, Magelang, Banyuwangi, dan lain-lain.
Tokoh yang terkenal pada saat itu adalah Kiai Padmosastro. Karyanya berjudul seret rangsa tuban. Munculnya serat riyanto karya R.M.Sulardi pada tahun 1920 dinilai sebagai era tradisi  baru dalam sastra jawa. Situasi sosial budaya jawa pada akhir abad ke-19 sampai pada tahun 1920 dapat di tandai bahwa sastra jawa selalu mengalami perubahan menuju ke permodernan. Munculnya Serat Riyanto merupakan bukti telah terjadinya babak baru dalam sejarah sastra jawa. Inilah yang menjadi dasar lahirnya sastra jawa modern.
C. Sastra Jawa Modern
Sastra jawa modern adalah sastra jawa yang telah mendapat pengaruh kebudayaan barat atau sastra jawa  yang lahir semenjak zaman balai pustaka. Kelahirannya diawali  dengan terbitnya roman atau novel Serat Riyanto karya R.M.sulardi (1920). Genre sastra jawa modern dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:(1) fiksi,(2)puisi,dan (3) drama. Fiksi adalah jenis karya sastra yang berisi kisah yang direka. Pada umumnya berbentuk prosa, sedangkan puisi adalah ragam jenis sastra yang bahasanya terikat oleh rima, sajak sesuai penyusunan lirik dan bait. Genre fiksi meliputi novel, cerpen dan epik. Istilah novel tumbuh bersama-sama dengan roman. Novel menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang luar. Luar biasa karena  pada kejadian itu lahir suatu konflik, pertikaian, yang menggunakan jurusan nasib mereka. Wujud novel ialah kosentra permusatan, kehidupan dalam suatu saat.
1. Novel
Novel merupakan salah satu bentuk sastra jawa modern yang berbentuk prosa. Genre novel terdiri dari beberapa bagian antara lain: novel percintaan, sosial, pendidikan, detektif kriminal, dan kekeluargaan. Novel yang lahir setelah serat riyanto yaitu Tumusing lelampahan Tiyang Sepuh, dan novel sandhal jinjit ung sakaten solo. Aspek intrinsik cerita jawa modern meliputi:
a.      Tema
b.      penokohan/perwatakan
c.       alur
d.      latar dan setting
e.       sudut pandang
2. Cerita Pendek
Sama halnya denga novel, cerita pendek juga banyak dimuat dalam majalah penyebar semangat. Tema lain yang biasa disajikan dalam kehidupan masyarakat adalah, muda-mudi, humor, perkawinan, kesetiakawanan, dan sebagainya.
3. Puisi
Genre puisi dalam sastra dibedakan atas puisi tradisional dan puisi modern. Puisi tradisional terikat oleh guru lagu, guru wilangan, dan guru gatra. Puisi modern mengarah pada puisi yang bebas, yang tidak lagi menganut peraturan seperti pada puisi tradisional.
4. Drama
Sastra jawa modern dalam bentuk drama tidak dibicarakan secara khusus kesusastraan jawa. Drama sebagai sastra tulis belum mencolok dalam kehidupan sastra jawa modern. Pada tahun 1979 dan 1980  drama  berbahasa jawa dipentaskan di berbagai tempat setelah diadakan sayembara penulisan naskah drama berbahasa jawa.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.